Senin, 09 Maret 2015

PENSIL EMAS




10 tahun yang lalu di sebuah keluarga kecil, di lahirkan seorang anak laki-laki, ia tampan sehat dan begitu menggemaskan seperti anak bayi pada umumnya. Namun bulan-bulan berikutnya, Sam sang ayah menyadari ada kelainan pada anaknya.
       Mereka memberi nama Rio pada anaknya, dan betul saja dugaan sang ayah, Rio mengalami Autist. Sang ibu tak mampu menerima kecacatan terhadap anaknya. Ia merasa malu, tak jarang ia ingin membuang anaknya, atau memberikan anaknya pada orang lain untuk dijadikan pengemis atau pembantu saja, namun Sam selalu melarang tindakan tersebut.
       2 tahun sejak lahirnya Rio, sang ibu kembali melahirkan seorang anak perempuan yang mungil nan cantik, sang ibu begitu menyayanginya, dan memberinya nama Adhel.
       Sering sekali mereka mengajak Adhel jalan-jalan dan membelikannya baju-baju yang indah dan cantik, namun tak begitu pada Rio ia sering di tinggal dan hanya mempunyai beberapa lembar baju yang kusam.
       Sam ingin membelikan anak laki-lakinya, namun sering dicegah sang istri, dengan dalih uang pas-pasan masih banyak kebutuhan keluarga yang belum terpenuhi. Sam mengangguk nurut saja pada istrinya.
       Di usia 4 tahunnya Rio, dan Adhel kini berusia 2 tahun, Sam sang ayah meninggal dunia, Ibunya kini semakin hilang semangat di tambah dengan menumpuknya hutang mereka membuat bebannya makin terasa berat.
       Disaat Rio tertidur lelap, sang ibu meninggalkannya di gubuk tua tempat mereka tinggal, ibunya hanya membawa Adhel pergi, tanpa berpikir mengenai nasib anak laki-lakinya jika ia tinggalkan.
       6 tahun berlalu begitu saja sejak Rio ditinggal sendiri dalam gubuk tua tempat tinggalnya. Tak ada lagi yang mengingatnya, sang ibu pun tak peduli lagi setelah menikah dengan pria dewasa mapan beberapa bulan lalu.
       Adhel kini sudah sekolah di sebuah sekolah yang terkenal unggulan, hidupnya bergelimang kemewahan dan fasilitas dari ayah barunya, begitupun ibunya.
       Namun tiba-tiba saja ia seperti melihat suatu peristiwa kelam yang ia lakukan di masa lalu, seperti sebuah kaset yang memutar semua kejahatannya dulu, semua terekam begitu jelas di memorynya.
              “ Tunggu nak, aku seperti mengenal mu “ Tukasnya, menahan anak itu yang melintas.
              “ Aku mau cali mommy, dimana mommy lio “ Anak it terus menangis di hadapannya.
              “Tunggu nak, jangan pergi dulu”
              “ Rio.. Rio anak ku !”
       Teriaknya dan tersentak bangun dari tidurnya, ia hanya mimpi, namun ia merasa begitu dekat ia pada anak itu, apa yang terjadi pada anak itu, ia terus bertanya penuh kebimbangan.
       Hampir setiap hari ia bermimpi yang sama, hingga suaminya pun ikut heran dengan kegundahan istrinya. Di dorong rasa penasaran ia mencoba menanyakan hal tersebut.
              “Kamu kenapa mah? Ada masalah?
              “Nggak kok pah, ayo sarapan dulu” Jawabnya sembari menuangkan susu ke gelas Adhel.
       Ia tak ikut sarapan setelah mengantarkan Adhel masuk ke mobil jemputan, ia berlalu begitu saja menuju kamar tidur, beban fikirannya makin menjadi, kini ia sadar akan dosanya, namun bagaimana ia menebus kesalahan itu?
              “Kamu ada masalah apa, cerita sajalah”
       Pertanyaan sang suami membuyarkan lamunannya, apa yang harus di ia jawab, apa mungkin suaminya akan menerima jika ia ceritakan?
              “Aku sangat berdosa pah, kamu pasti akan membenci ku “
              “Memangnya kenapa?” Tanya suaminya lagi.
       Setelah panjang lebar menjelaskan pada suaminya, akhirnya Riko suaminya bersedia mengantarnya ke gubuk tua tempat tinggalnya dulu, dengan harapan dapat menemui Rio, tak ia duga suaminya begitu mencintainya hingga bisa sebaik itu.
       Tepat di depan gubuk tua itu, Riko memarkir mobilnya, ia terus menangis menyesal, ia menatap dalam-dalam pemandangan di hadapannya, langkahnya mulai menelusuri sudut demi sudut gubuk tersebut namun tak menemukan apa-apa.
       Ia menangis makin menjadi tatkala hanya menemukan sepotong kain, yang ia ingat persis adalah potongan kain dari baju Rio yang di kenakan saat ia meninggalkannya sendiri di gubuk tua ini.
       Mereka kembali ke mobil dengan hasil yang tak memuaskan sebab dalam gubuk tua itu mereka tak menemukan apapun dan siapapun, air mata tak berhenti mengalir di pipinya.
       Baru saja ingin menghidupkan mobil , Riko melihat sosok nenek tua di belakang mobil mereka, dari kaca spion nampak nenek tua itu memperhatikan mereka.
       Tanpa melewatkan sedetikpun mereka menghampiri nenek tersebut, sang ibu menanyakan anak laki-laki dalam gubuk tersebut, betapa terkejutnya saat mengetahui hasil dari kesalahannya.
              “Siapa kalian? Sedang apa disini?”
              “Saya mencari anak saya nek, ia tinggal disana.” Jelasnya menunjuk ke arah gubuk.
              “Kamu ibunya? Sungguh dosa anda tidak terampuni, Meskipun saya miskin dan tak mampu, tapi saya sering mengajaknya kerumah saya, memberinya makan, namun ia tak mau meninggalkan gubuk ini!”
              “Beri tahu saya nek, mana dia sekarang, saya janji akan menjaganya”
              “Sudah terlambat bu, sehari sebelum anda kesini ia meninggal kedinginan karna menunggu anda di belakang gubuk, meski hujan deras ia bersi keras menunggu karna takut mommy-nya akan pergi lagi jika melihatnya di dalam gubuk ini.”
       Penjelasan dari nenek tua itu seakan merenggut seluruh harapannya, ia mengambil secarik kertas yang nenek tua berikan padanya.
              “Mommy.. Mommy kenapa ninggalin Lio, Lio janji nggak akan nakal lagi, Mommy pulang Lio takut Mommy”
       Di tatapnya dalam dalam surat tersebut, penyesalannya kini tak ada arti, dalam ratapnya ia hanya menyesal dan merasa berdosa.
              “Bertahun-tahun ia belajar menulis dan membaca hanya untuk menulis surat ini untuk mu, dengan raga kedinginan dan jiwa yang ketakutan ia menulis ini berharap saat kau membacanya kau akan memeluknya dan membawanya bersamamu !”
       Nenek tua itu pergi meninggalkan mereka, hanya tangis yang menyelimuti rasa bersalahnya saat ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar