10
tahun yang lalu di sebuah keluarga kecil, di lahirkan seorang anak laki-laki,
ia tampan sehat dan begitu menggemaskan seperti anak bayi pada umumnya. Namun
bulan-bulan berikutnya, Sam sang ayah menyadari ada kelainan pada anaknya.
Mereka memberi nama Rio pada anaknya, dan
betul saja dugaan sang ayah, Rio mengalami Autist. Sang ibu tak mampu menerima
kecacatan terhadap anaknya. Ia merasa malu, tak jarang ia ingin membuang
anaknya, atau memberikan anaknya pada orang lain untuk dijadikan pengemis atau
pembantu saja, namun Sam selalu melarang tindakan tersebut.
2 tahun sejak lahirnya Rio, sang ibu
kembali melahirkan seorang anak perempuan yang mungil nan cantik, sang ibu
begitu menyayanginya, dan memberinya nama Adhel.
Sering sekali mereka mengajak Adhel
jalan-jalan dan membelikannya baju-baju yang indah dan cantik, namun tak begitu
pada Rio ia sering di tinggal dan hanya mempunyai beberapa lembar baju yang
kusam.
Sam ingin membelikan anak laki-lakinya,
namun sering dicegah sang istri, dengan dalih uang pas-pasan masih banyak
kebutuhan keluarga yang belum terpenuhi. Sam mengangguk nurut saja pada
istrinya.
Di usia 4 tahunnya Rio, dan Adhel kini
berusia 2 tahun, Sam sang ayah meninggal dunia, Ibunya kini semakin hilang
semangat di tambah dengan menumpuknya hutang mereka membuat bebannya makin
terasa berat.
Disaat Rio tertidur lelap, sang ibu
meninggalkannya di gubuk tua tempat mereka tinggal, ibunya hanya membawa Adhel
pergi, tanpa berpikir mengenai nasib anak laki-lakinya jika ia tinggalkan.
6 tahun berlalu begitu saja sejak Rio
ditinggal sendiri dalam gubuk tua tempat tinggalnya. Tak ada lagi yang
mengingatnya, sang ibu pun tak peduli lagi setelah menikah dengan pria dewasa
mapan beberapa bulan lalu.
Adhel kini sudah sekolah di sebuah
sekolah yang terkenal unggulan, hidupnya bergelimang kemewahan dan fasilitas
dari ayah barunya, begitupun ibunya.
Namun tiba-tiba saja ia seperti melihat
suatu peristiwa kelam yang ia lakukan di masa lalu, seperti sebuah kaset yang
memutar semua kejahatannya dulu, semua terekam begitu jelas di memorynya.
“ Tunggu nak, aku seperti mengenal
mu “ Tukasnya, menahan anak itu yang melintas.
“ Aku mau cali mommy, dimana mommy
lio “ Anak it terus menangis di hadapannya.
“Tunggu nak, jangan pergi dulu”
“ Rio.. Rio anak ku !”
Teriaknya
dan tersentak bangun dari tidurnya, ia hanya mimpi, namun ia merasa begitu
dekat ia pada anak itu, apa yang terjadi pada anak itu, ia terus bertanya penuh
kebimbangan.
Hampir setiap hari ia bermimpi yang sama,
hingga suaminya pun ikut heran dengan kegundahan istrinya. Di dorong rasa
penasaran ia mencoba menanyakan hal tersebut.
“Kamu kenapa mah? Ada masalah?
“Nggak kok pah, ayo sarapan dulu”
Jawabnya sembari menuangkan susu ke gelas Adhel.
Ia tak ikut sarapan setelah mengantarkan
Adhel masuk ke mobil jemputan, ia berlalu begitu saja menuju kamar tidur, beban
fikirannya makin menjadi, kini ia sadar akan dosanya, namun bagaimana ia
menebus kesalahan itu?
“Kamu ada masalah apa, cerita
sajalah”
Pertanyaan sang suami membuyarkan lamunannya,
apa yang harus di ia jawab, apa mungkin suaminya akan menerima jika ia
ceritakan?
“Aku sangat berdosa pah, kamu
pasti akan membenci ku “
“Memangnya kenapa?” Tanya suaminya
lagi.
Setelah panjang lebar menjelaskan pada
suaminya, akhirnya Riko suaminya bersedia mengantarnya ke gubuk tua tempat
tinggalnya dulu, dengan harapan dapat menemui Rio, tak ia duga suaminya begitu
mencintainya hingga bisa sebaik itu.
Tepat di depan gubuk tua itu, Riko
memarkir mobilnya, ia terus menangis menyesal, ia menatap dalam-dalam
pemandangan di hadapannya, langkahnya mulai menelusuri sudut demi sudut gubuk
tersebut namun tak menemukan apa-apa.
Ia menangis makin menjadi tatkala hanya
menemukan sepotong kain, yang ia ingat persis adalah potongan kain dari baju
Rio yang di kenakan saat ia meninggalkannya sendiri di gubuk tua ini.
Mereka kembali ke mobil dengan hasil yang
tak memuaskan sebab dalam gubuk tua itu mereka tak menemukan apapun dan
siapapun, air mata tak berhenti mengalir di pipinya.
Baru saja ingin menghidupkan mobil , Riko
melihat sosok nenek tua di belakang mobil mereka, dari kaca spion nampak nenek
tua itu memperhatikan mereka.
Tanpa melewatkan sedetikpun mereka
menghampiri nenek tersebut, sang ibu menanyakan anak laki-laki dalam gubuk
tersebut, betapa terkejutnya saat mengetahui hasil dari kesalahannya.
“Siapa kalian? Sedang apa disini?”
“Saya mencari anak saya nek, ia
tinggal disana.” Jelasnya menunjuk ke arah gubuk.
“Kamu ibunya? Sungguh dosa anda
tidak terampuni, Meskipun saya miskin dan tak mampu, tapi saya sering
mengajaknya kerumah saya, memberinya makan, namun ia tak mau meninggalkan gubuk
ini!”
“Beri tahu saya nek, mana dia
sekarang, saya janji akan menjaganya”
“Sudah terlambat bu, sehari
sebelum anda kesini ia meninggal kedinginan karna menunggu anda di belakang
gubuk, meski hujan deras ia bersi keras menunggu karna takut mommy-nya akan
pergi lagi jika melihatnya di dalam gubuk ini.”
Penjelasan dari nenek tua itu seakan
merenggut seluruh harapannya, ia mengambil secarik kertas yang nenek tua
berikan padanya.
“Mommy.. Mommy kenapa ninggalin
Lio, Lio janji nggak akan nakal lagi, Mommy pulang Lio takut Mommy”
Di tatapnya dalam dalam surat tersebut,
penyesalannya kini tak ada arti, dalam ratapnya ia hanya menyesal dan merasa
berdosa.
“Bertahun-tahun ia belajar menulis
dan membaca hanya untuk menulis surat ini untuk mu, dengan raga kedinginan dan
jiwa yang ketakutan ia menulis ini berharap saat kau membacanya kau akan
memeluknya dan membawanya bersamamu !”
Nenek tua itu pergi meninggalkan mereka,
hanya tangis yang menyelimuti rasa bersalahnya saat ini.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar