Senin, 09 Maret 2015

THE DAY YOU WENT AWAY

    



    Angin malam berhembus menyelimuti kesunyian di sepanjang jalan, hanya dedaunan yang berguguran dari rantingnya, hingga kelak ranting tersebut akan menumbuhkan daun-daun baru yang segar nan hijau.
                “Kin.. Bisa jemput aku di bandara gak? Aku udah balik nih.”
                “Kamu balik kok nggak bilang sih Din? Aku lagi di acara ulang tahun temen nih, ada band favorite aku sih mau minta tanda tangan mereka dulu tunggu bentar ya.”
                “Oh iya deh.” Balas Dinar.
        Persahabatan Kinar dan Dinar sudah lama sejak mereka masih duduk di bangku SMP, rumah mereka pun tak jauh jaraknya, hingga jika ada waktu kosong mereka sering menghabiskan waktu bersama.
        Kali ini Dinar baru pulang dari Bandung, saat neneknya meninggal tempo hari, ia mengajak Kinar namun di tolak dengan alasan rumahnya akan kosong jika ia ikut pergi, sebab orang tua Kinar pun masih di luar kota untuk urusan bisnis.
                “Kin.. Masih lama nggak? Gue takut nih”
                “Sabar Din, dikit lagi”
                “Oke deh.”
        Kinar memang sedikit egois dari Dinar, tak pernah mau mengalah tapi Dinar memaklumi hal itu mungkin saja karna Kinar merasa di manja oleh Dinar yang pemikirannya lebih dewasa dari Kinar.
                “Kinar kok matiin handphone-nya sih” Ucap Dinar lirih.
        Bermaksud menjemput Dinar, Kinar segera meninggalkan acara, dan mengaktifkan handphonenya yang sedari tadi ia matikan agar tak di ganggu oleh SMS Dinar.
                “Din.. Gue udah selesai nih, lo bagian mana gue jemput?”
        Kinar mengirim SMS untuk sahabatnya, namun tak dibalas Dinar, 15 menit mutar-mutar di sekitar bandara, ia tak menemukan Dinar, dan memutuskan untuk balik.
        Baru saja ingin menutup gerbang rumahnya, melintas mobil Ambulance dan tepat berhenti depan rumah Dinar. Kinar mengambil handphone untuk mengirim SMS, namun tiba-tiba saja beberapa SMS terpending masuk ke handphonenya.
                “20.45 : Kin.. cepet dong, gue sendiri nih !”
                “21.20 : Kin.. Masih lama yah?”
                “21.50 : Kin.. Gue takut ! ada yang merhatiin gue !”
                “22.15 : Gue balik yah, Gue Cuma mau lo tau gue dapat kenang-kenangan dari band favorite lo waktu gue di Bandung, ntar lo kerumah yah ambil di tas gue”
        Betapa menyesalnya Kinar membaca semua SMS Dinar yang sengaja ia abaikan demi kesenangannya, sementara sahabatnya telah di buru kematian yang seharusnya ia sadari bahwa Dinar membutuhkannya.
                “Sahabat apa kau !! Dinar memilih menunggu di jemput oleh mu, berapa kali aku membujuknya pulang namun ia menunggu mu !!”
        Caci maki itu terus ia dengar kala kakinya mulai mendekati mayat sahabatnya, dengan semua rasa bersalah yang menggunung ia memeluk Dinar yang terlentang tanpa nyawa di hadapannya.
                “Dinar meregang nyawa di tangan perampok.” Jelas ibu Dinar.
                “Maafin aku Din, bangun dong aku tau aku salah !”
                “Dia itu menunggu kamu Kin.. Bukan kematiannya, kamu lalai.. Sekarang bukan hanya kamu yang kehilangan Dinar tapi kita semua” Ungkap kakak Dinar yang sedari tadi menatap Kinar penuh amarah.
        Mungkin Kinar tak menyadari bahwa pershabatannya dengan Dinar bukanlah hal sepele buat Dinar yang menunggu kebersamaan bersamanya hingga merenggang nyawa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar