Senin, 16 Maret 2015

A SOMEONE


  




                 Fredy mencoba mengembalikkan kesadarannya ke semua polisi.Pukulan terakhir diterimanya dari salah satu petugas polisi membuatnya tak berkutik.Rasa sakit sudah hilang berganti mati rasa.Ia sama sekali tidak merasakan sakit pukulan.
          “Katakan, kenapa kau membunuh Ibu mu?” Tanya polisi.
                   Fredymenyunggingkan senyum kecil “Hati Ibu rasanya sungguh enak” tukasnya.Sekali lagi pukulan polisi mendarat di pipi kanan Fredy, membuatnya tercengang antara sadar dan tidak sadar, terbayang wajah cantik Ibunya yang dulu memberikan seluruh cinta untuknya.
                   ***
          “Bu, kenapa Cuma kak Andy yang dibelikan motor?” tiba tibaFredy muncul dari balik pintu,ketika Bu Bahar tengah menyiangi sayur.
          “Untuk saat ini, kakak mu jauh lebih butuh daripada kamu, Ibu belikan kamu nanti nanti saja, Ibu nabung dulu” Bu Baharmenyahuti sambil terus menyiangi sayur.
          “Ahh ! Ibu pilih kasih !”
Ibu mendengus kesal, tapi disimpannya rapat rapat, supaya dirinya tidak sampai naik pitam.
Belakangan ini ia merasa kesulitan mengajak anak keduanya itu berkomunikasi.
          ”Terserah kamu, Ibu nggak punya uang kalau sekarang” timpalnya.
                   Fredy pergi ke dapur, tak lama kemudian ia kembali membawa kayu palang yang digunakan untuk menutup pintu belakang. Saat kembali kedepan, Fredy masih melihat Ibunya sibuk dengan pekerjaannya, ia pun memekik “Kalau aku nggakdibelikan motor, lebih baik Ibu mati saja”
                   Secepat kilat kayu palang yang dibawanya dipukulkan ke tengkuk Ibunya.Membuat wanita tua itu terkapar merana, dari beberapa bagian tubuhnya keluar cairan merah, sementara sekujur tubuhnya kejang kejang. Kini, ia berada dalam posisi hidup atau mati. Sekarat.
                   Lalu dengan kaki kanannya Fredymengembalikkan tubuh Ibunya yang sudah lemas tanpa daya. Matanya melotot !Fredymembasuhpeluh yang keluar dikeningnya dengan panggung tangannya.Ia berjalan ke dapur lagi untuk mengambil golok, pisau dan karung.
                   Golok dipakai oleh Fredy untuk memutilasi tubuh Ibunya tanpa ampun.Sadis !tapiFredy sudah khilaf. Ia tidak lagi menghiraukan kata hatinya. Srraaaaakkkkkkk………..
Terdengar suara beradu antara golok dengan batang tenggorokan.Yang pertama kalinya ditebas adalah leher, beberapa kali batokanputuslah leher Ibunya.
Lagi lagiFredymengelappeluhnya dengan punggung tangan.“Gila, memutilasi manusia ternyata bukanlah pekerjaan yang mudah” batinnya.
                   Hal kedua yang dilakukannya adalah membelah tubuh menjadi dua dengan pisau dapur.Maunyaia membelah tubuh Ibunya dari dada kebawah, saat pisaunya sampai keperut tiba tibatersembul seonggok daging menyerupai darah yang menggumpal, yaitu Hati. Dikeluarkannya hati itu dari tempatnya, Fredy lalu kalap, iamencabik tanpa perikemanusiaan, hati itu dimakan namun belum seluruhnya dimakan. Pikiran Fredy tambah koyak dikeluarkannya lagi semua organ dalam Ibunya dan dimasukkan kedalam ember, kepala dimasukkannya kedalam karung.
                   Mendadak, tanpa menyelesaikan semuanya, ia memutuskan keluar membawa karung berisi kepala itu, diluar Fredymenjadi linglung, pria dengan naluri hewan itu memutuskan untuk pulang tanpa membersihkan semuanya.
                   Andy terkejut melihat Ibunya telah menjadi bangkai. Suasana rumahnya yang tenang dan biasa, kini berubah mencekam, darah berceceran kemana kemana, iameraung menahan tangisnya lalu keluar, dengan tangan gemetar ia memanggil sebuah nomor darurat, Polisi.
                   Beberapa waktu kemudian, polisi memenuhi area sekitar.Mereka melakukan olah TKP. Anjing pelacak  dibawa guna menangkap pembunuh sebenarnya. Petunjuk membawa mereka pada rumah yang terletak sekitar dua puluh meter dari TKP.Tersangka ditetapkan. Mengusut pada suatu nama.
                   Dengan ketangkasan yang terlatih, polisi bergegas menggrebek rumah tersangka dan menangkap Fredy dari olah TKP ditemukan bukti bukti kuat yang mendukung keakuratan dugaan.
          “Kenapa kamu ini?” Tanya Andy pada adiknya, sebelum polisi menaikkannyakemobil.
          “Cuuuiiihhh !” wajah Andy menerima liur Fredy.
          “Setan alas kau” Pekik Andy marah, kalau saja tidak dihalangi oleh orang orang sekitar bisa terjadi perang saudara.
                   Andy mengepalkan tangan sepeninggal adiknya. Mencoba menahan amarahnya yang meluapluap sisanya ia mencoba sabar.
                   Sementara itu dikantor polisi, setelah berulang ulang pukulan dihantamkan, Fredy hanya senyum antara sadar dan tidaknya Fredy mati rasa menerima pukulan dari para polisi.

          “Ibu maafkan aku” Fredy menitikan air mata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar