Fredy mencoba mengembalikkan kesadarannya ke semua
polisi.Pukulan terakhir diterimanya dari salah satu petugas polisi membuatnya
tak berkutik.Rasa sakit sudah hilang berganti mati rasa.Ia sama sekali tidak
merasakan sakit pukulan.
“Katakan, kenapa kau membunuh Ibu mu?” Tanya polisi.
Fredymenyunggingkan senyum kecil “Hati Ibu rasanya
sungguh enak” tukasnya.Sekali lagi pukulan polisi mendarat di pipi kanan Fredy,
membuatnya tercengang antara sadar dan tidak sadar, terbayang wajah cantik
Ibunya yang dulu memberikan seluruh cinta untuknya.
***
“Bu, kenapa Cuma kak Andy yang dibelikan motor?” tiba
tibaFredy muncul dari balik pintu,ketika Bu Bahar tengah menyiangi sayur.
“Untuk saat ini, kakak mu jauh lebih butuh daripada kamu,
Ibu belikan kamu nanti nanti saja, Ibu nabung dulu” Bu Baharmenyahuti sambil
terus menyiangi sayur.
“Ahh ! Ibu pilih kasih !”
Ibu mendengus kesal, tapi
disimpannya rapat rapat, supaya dirinya tidak sampai naik pitam.
Belakangan ini ia merasa
kesulitan mengajak anak keduanya itu berkomunikasi.
”Terserah kamu, Ibu nggak punya uang kalau sekarang”
timpalnya.
Fredy pergi ke dapur, tak lama kemudian ia kembali
membawa kayu palang yang digunakan untuk menutup pintu belakang. Saat kembali
kedepan, Fredy masih melihat Ibunya sibuk dengan pekerjaannya, ia pun memekik
“Kalau aku nggakdibelikan motor, lebih baik Ibu mati saja”
Secepat kilat kayu palang yang dibawanya
dipukulkan ke tengkuk Ibunya.Membuat wanita tua itu terkapar merana, dari
beberapa bagian tubuhnya keluar cairan merah, sementara sekujur tubuhnya kejang
kejang. Kini, ia berada dalam posisi hidup atau mati. Sekarat.
Lalu dengan kaki kanannya Fredymengembalikkan
tubuh Ibunya yang sudah lemas tanpa daya. Matanya melotot !Fredymembasuhpeluh
yang keluar dikeningnya dengan panggung tangannya.Ia berjalan ke dapur lagi
untuk mengambil golok, pisau dan karung.
Golok dipakai oleh Fredy untuk memutilasi tubuh
Ibunya tanpa ampun.Sadis !tapiFredy sudah khilaf. Ia tidak lagi menghiraukan
kata hatinya. Srraaaaakkkkkkk………..
Terdengar suara beradu
antara golok dengan batang tenggorokan.Yang pertama kalinya ditebas adalah
leher, beberapa kali batokanputuslah leher Ibunya.
Lagi
lagiFredymengelappeluhnya dengan punggung tangan.“Gila, memutilasi manusia
ternyata bukanlah pekerjaan yang mudah” batinnya.
Hal kedua yang dilakukannya adalah membelah tubuh
menjadi dua dengan pisau dapur.Maunyaia membelah tubuh Ibunya dari dada
kebawah, saat pisaunya sampai keperut tiba tibatersembul seonggok daging
menyerupai darah yang menggumpal, yaitu Hati. Dikeluarkannya hati itu dari
tempatnya, Fredy lalu kalap, iamencabik tanpa perikemanusiaan, hati itu dimakan
namun belum seluruhnya dimakan. Pikiran Fredy tambah koyak dikeluarkannya lagi
semua organ dalam Ibunya dan dimasukkan kedalam ember, kepala dimasukkannya
kedalam karung.
Mendadak, tanpa menyelesaikan semuanya, ia
memutuskan keluar membawa karung berisi kepala itu, diluar Fredymenjadi
linglung, pria dengan naluri hewan itu memutuskan untuk pulang tanpa
membersihkan semuanya.
Andy terkejut melihat Ibunya telah menjadi
bangkai. Suasana rumahnya yang tenang dan biasa, kini berubah mencekam, darah
berceceran kemana kemana, iameraung menahan tangisnya lalu keluar, dengan
tangan gemetar ia memanggil sebuah nomor darurat, Polisi.
Beberapa waktu kemudian, polisi memenuhi area
sekitar.Mereka melakukan olah TKP. Anjing pelacak dibawa guna menangkap pembunuh sebenarnya.
Petunjuk membawa mereka pada rumah yang terletak sekitar dua puluh meter dari
TKP.Tersangka ditetapkan. Mengusut pada suatu nama.
Dengan ketangkasan yang terlatih, polisi bergegas
menggrebek rumah tersangka dan menangkap Fredy dari olah TKP ditemukan bukti
bukti kuat yang mendukung keakuratan dugaan.
“Kenapa kamu ini?” Tanya Andy pada adiknya, sebelum polisi
menaikkannyakemobil.
“Cuuuiiihhh !” wajah Andy menerima liur Fredy.
“Setan alas kau” Pekik Andy marah, kalau saja tidak
dihalangi oleh orang orang sekitar bisa terjadi perang saudara.
Andy mengepalkan tangan sepeninggal adiknya.
Mencoba menahan amarahnya yang meluapluap sisanya ia mencoba sabar.
Sementara itu dikantor polisi, setelah berulang
ulang pukulan dihantamkan, Fredy hanya senyum antara sadar dan tidaknya Fredy
mati rasa menerima pukulan dari para polisi.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar