Tetes hujan masih terus
berjatuhan membasahi jalan jalan dan seisi bumi yang terhampar luas, sinar
mentari tak kunjung bersinar tertutup awan gelap meskipun sudah seharusnya
matahari berputar pada porosnya menyinari bumi dengan sengatannya yang terik
dan panas.
Tak peduli akan cuaca yang tak kunjung berdamai dengan
manusia dibumi, Ndien tetap menyiapkan diri untuk menjalankan kewajibannya
sebagai staf di sebuah perusahaan, ya sebut saja gadis ini Ndien remaja belia
yang lebih memilih untuk mencintai karir diusia muda meskipun kebanyakan remaja
sepertinya lebih memilih mencintai pergaulan di masa muda.
“Selamat pagi cinta , god bless you” Ndien mengirimkan sapaan hangat tuk kekasihnya.
Ndien memiliki kekasih yang sudah 5 bulan menjalin hubungan
dengannya, pria tersebut terbilang lebih dewasa dan usia pun lebih diatas Ndien, meskipun demikian Ndien tetap nyaman menjalaninya dengan Iyyu'.
“Pagi juga sayang, god bless you too, ini aku baru
mau berangkat kerja, kamu jangan lupa sarapan”
Balasan singkat dan sedikit perhatian dari Iyyu' menambah
semangat gadis belia itu. Iyyu' merupakan sosok pria yang terbilang dingin dan
misterius.
Akan tetapi pria ini juga pandai menorehkan titik titik
kenyamanan untuk kekasihnya, ada saja alasan yang membuat Ndien tak bisa
menepis kerinduan pada kekasihnya.
5 bulan menjalin hubungan bukanlah waktu yang singkat, tentu
saja sudah banyak hal yang mereka lalui, terlebih dalam hubungan mereka masih
ada 1 hal yang belum pernah bahkan belum bisa di perjelas Iyyu' pada pujaannya.
“Kamu yang sabar sayang yah, aku akan perjelas
semuanya bulan 12 nanti.”
Itulah kalimat yang pernah diucapkan Iyyu' pada kekasihnya
sekitar 3 bulan yang lalu, satu harapan yang ia berikan pada Ndien, harapan
untuk sebuah masa depan yang akan mereka genggam bersama.
Satu penantian panjang yang harus dilalui Ndien, rasa ragu
dan kebimbangan sering menjadi kabut penutup harapannya agar segera berhenti
dalam kebodohan yang mungkin menyakitinya.
“Kalau bukan karena sayang.. Menanti dan bersabar
sangat mustahil aku lakukan saat ini” Gumamnya mendengar penjelasan Iyyu' kala
itu.
Bulan Desember inilah yang menjadi titik terakhir mereka
untuk memberi kejelasan atas semua yang sudah mereka lalui selama 5 bulan,
hubungan tanpa status namun ada titik harap dan penantian panjang yang mereka
lalui bersama.
Setau Ndien, kekasihnya tersebut masih terikat pada 1 jawaban
yang ia nanti dari seorang wanita, wanita yang lebih dulu mengenal Iyyu', yang
lebih dulu menjadi kekasih Iyyu', wanita masa lalu Iyyu' “Lilly”
Iyyu' banyak cerita tentang wanita itu, jawaban yang sangat Iyyu' tunggu untuk memperjelas akhir perpisahan mereka, dan memperjelas arah
tujuan hubungannya dengan Ndien.
Tentu bukanlah hal yang mudah bagi mereka, terlebih saat Iyyu' harus memberi harapan pada sosok gadis yang ia cintai di satu sisi ia pun terikat kepastian pada kisah masa
lalunya.
Ndien sangat ingat terakhir mereka bertengkar pada bulan
Agustus, saat dimana Ndien merasa letih dan merasa penantiannya akan sia-sia
“Ya sudahlah mungkin kita hanya di pertemukan bukan
untuk memiliki satu sama lain” Jelas Ndien singkat.
“Kamu jangan menyerah dulu, semua pasti indah pada
waktunya, aku dan lilly udah nggak mungkin bersama”
Kala itu, Iyyu' berusaha meyakinkan Ndien, entah apa yang
harus ia perbuat tatkala kekasihnnya mulai merasa jenuh, Ndien-pun demikian
hanya kebimbangan yang sering mengganggu meskipun ia tau bukan maksud Iyyu' menyakitinya jika semua sia sia.
Memang bukan hal mudah untuk menggantungkan harapan pada
sosok yang tak pasti.
“Lantas, kapan hubungan ini dan status aku
diperjelas?”
Iyyu' pun tau kekasihnya tengah menangis mempertanyakan hal
tersebut, ia hanya mampu meyakinkan Ndien melalui telefon karna jarak yang
memisahkan, ia pun bingung harus berbuat apa lagi saat Ndien mulai mundur dan
ingin mengakhiri semuanya.
“Orang tua aku disini hanya mau mendengar Lilly
mengucapkan apa yang ia kirimkan melalui pesan teks, itu aja kok dan penantian
kamu nggak akan sia sia”
Penjelasan Iyyu' kali ini mampu menjadi obat penenang Ndien,
setidaknya ia sedikit lega dan berusaha yakin untuk melanjutkan penantian dalam
hubungan mereka.
Sejak pertengkaran itu hingga saat ini mereka tak pernah lagi
mengungkit masalah yang menjadi krikil dalam hubungan mereka, namun bukan berarti Ndien telah lega sepenuhnya, sebab ia sadar bagaimanapun juga Iyyu' tetaplah
masih menunggu jawaban pasti dari Lilly, kisah masa lalunya.
Sesungguhnya semua pertanyaan dalam benak mereka hanya bisa
terjawab di bulan ini, semua penantian dan kesabaran mereka baru akan terbayar
pada bulan ini, semua beban mereka akan terpuaskan hanya dengan 1 kepastian
dimana mereka pun masih menanti dan berdoa semoga tuhan menyiapkan jawaban yang
terindah buat hubungan mereka.
“Sayang, entar aku telfon ya, aku mau bicara”
Pesan singkat dari Iyyu' membuyarkan lamunan Ndien, akhir
akhir ini gadis itu sering terlihat melamun, ia berharap di bulan ini menjadi
akhir dari semua beban yang selama ini mengganggu hubungannya dengan sang
kekasih, baru saja ingin membalas SMS Iyyu' pun menelfon.
“Halo..”
“Iya, kamu mau bicara apa? Jawabnya bertanya.
“Tentang hubungan kita, keluarga Lilly dan keluarga
aku udah bertemu dan bicara tadi malam sayang”
“Oh yah? Terus bagaimana? Udah ada penyelesaian?”
Tanya Ndien sedikit cemas.
“Iya, tapi ini bukan keinginan aku, Lilly minta
hubungan kami dilanjut, aku harus melepaskan hubungan kita?”
Ndien terdiam, air matanya jatuh tak kala deras dengan air
hujan di luar sana.
“Ohh tuhan apa ini? Jadikan aku wanita yang tuli saja agar
ucapan itu tak ku dengar, butakan mataku tuhan agar tak ku lihat ia dengan
wanita itu “ Lirihnya dalam tangis.
“Ndien? Maafin aku”
Iyyu' tau kekasihnya menangis, ia tau betapa hancur hati
wanita yang telah ia beri harapan sejauh ini, namun ia pun tak kuasa menerima
keputusan dari Lilly, entah apapun alasannya, Lilly lah pemenang dalam cinta
segitiga ini.
“Aku nggak apa apa kok, mungkin udah jawabannya Yu',
tuhan hanya mempertemukan kita tanpa menyatukan kita.”
Apapun jawaban Ndien semua hanya kebohongan ucapan itu seolah ikhlas keluar dari bibir
demikian pula air matanya yang terus menetes mengalir hingga ke bibir.
“Bukan mau aku, aku ingin hubungan kita berlanjut ke
jenjang yang lebih serius, tapi aku nggak bisa apa apa”
Iyyu' berusaha menjelaskan apa yang mungkin bisa membuat hati Ndien tenang, namun semua tak ada gunanya, keadaan ini membuat mimpi mereka
hancur, penantiannya sia sia.
Ndien pun tak mampu menahan gejolak hati yang hancur, hanya
airmata yang menjelaskan bahwa saat ini ia pun terluka dalam.
“Apa ini jawabannya? Ini yang kamu maksud penantian aku takkan sia sia? Ini yang kamu
bilang indah pada waktunya? Ini yang kamu bilang akulah pemenang hati kamu? Ini
nggak adil Iyyu', hati aku korban, Aku sakit dan hancur sementara kamu dan dia
akan bersanding dengan siraman air mataku?” Lirih hati Ndien menangis, hanya
dia dan tuhan yang tau seberapa hancur hatinya saat ini.
“Ndien, aku sayang kamu tulus, kamu pasti bisa dapat
yang lebih baik dari aku, tolong jangan benci aku,pulang kerja kita ketemu ya”
Entah apa lagi yang harus ia lakukan sebab Ndien pun terus
diam, ia tahu siapa Ndien, meskipun terluka gadis itu sering memilih diam dan
menutupi semua seolah tak terjadi apa apa.
“Iya, semoga kamu bisa bahagia sama Lilly, mungkin
emang kalian udah jodoh, tuhan hanya menitipkan kamu ke aku di saat Lilly jauh
dari sisimu”
Ndien semakin hancur tatkala harus melepas dan mengikhlaskan
pria yang ia cintai, pria yang memberi harapan namun jawaban yang menyakitkan
bahkan ia pun tak percaya penantiannya sia-sia.
“Aku minta maaf, sekali lagi aku Cuma sayang sama
kamu meskipun aku akan menikah dengannya, aku harap kamu datang ketika aku
undang sebagai tanda cinta kita tak mengenal perpisahan”
Iyyu' pun tak menyangka hubungan mereka harus hancur karena
dirinya, dia yang memberi harapan namun harus karenanya pula semua harapan itu
hancur berkeping keping bahkan ia pun menyadari karenanya semua penantian
mereka kini tiada arti.
“Iya Iyyu', aku bakalan datang kok meskipun dengan
hadirnya aku justru membuat aku semakin sakit karena janji kamu dulu aku yang
akan berdiri di pelaminan jadi mempelai kamu malah sekarang aku di pelaminan
hanya datang sebagai tamu undangan kamu.”
Ucapan terakhir Ndien seraya menutup percakapan, mengakhiri
telefon Iyyu', membuat pria tersebut diam seribu bahasa, ia mengaku salah telah
membawa Ndien dalam penderitaan hubungan ini.
Rasa tak percaya masih terus melayang dalam benak mereka,
penantian selama 5 bulan berakhir sia sia, mereka harus berpisah karena jawaban
yang mereka gantungkan pada masa lalu.
Ndien menunggu Iyyu' yang ingin bertemu sore itu, ada rasa canggung menjadi jarak mereka, bagaimana
tidak hubungan mereka pun kini kandas, tak ada lagi harapan antara mereka yang
tersisa hanya kenangan yang terus di hapuskan oleh airmata.
Tak banyak kata yang Ndien keluarkan dari bibirnya, hanya air
mata yang terus menerus mengalir seolah memberi isyarat pada Iyyu' bahwa ia
kecewa dan hatinya terluka.
Iyyu' pun demikian hanya mampu memandangi dan berusaha
menenangkan gadis yang tengah menangis di hadapannya, tak banyak yang dapat ia
lakukan sebab ia sadar mereka kini menjadi sepasang insane yang terpisah dan
sama sama tersakiti.
“Aku nggak mau egois, sebagai perempuan aku harus
ikhlas kamu dengan dia, tapi sampai kapanpun kamu nggak akan menemukan sosok
diriku pada wanita lain”
Ucap Ndien meninggalkan pria yang pernah menyentuh hidupnya
dan kini menyentuh bendungan air matanya yang tak dapat menghentikan
tangisannya.

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuskeep move on...life must go on :)
Hapus