Kamis, 12 Maret 2015

NDIEN




Tetes hujan masih terus berjatuhan membasahi jalan jalan dan seisi bumi yang terhampar luas, sinar mentari tak kunjung bersinar tertutup awan gelap meskipun sudah seharusnya matahari berputar pada porosnya menyinari bumi dengan sengatannya yang terik dan panas.
        Tak peduli akan cuaca yang tak kunjung berdamai dengan manusia dibumi, Ndien tetap menyiapkan diri untuk menjalankan kewajibannya sebagai staf di sebuah perusahaan, ya sebut saja gadis ini Ndien remaja belia yang lebih memilih untuk mencintai karir diusia muda meskipun kebanyakan remaja sepertinya lebih memilih mencintai pergaulan di masa muda.
                “Selamat pagi cinta , god bless you” Ndien mengirimkan sapaan hangat tuk kekasihnya.
        Ndien memiliki kekasih yang sudah 5 bulan menjalin hubungan dengannya, pria tersebut terbilang lebih dewasa dan usia pun lebih diatas Ndien, meskipun demikian Ndien tetap nyaman menjalaninya dengan Iyyu'.
                “Pagi juga sayang, god bless you too, ini aku baru mau berangkat kerja, kamu jangan lupa sarapan”
        Balasan singkat dan sedikit perhatian dari Iyyu' menambah semangat gadis belia itu. Iyyu' merupakan sosok pria yang terbilang dingin dan misterius.
        Akan tetapi pria ini juga pandai menorehkan titik titik kenyamanan untuk kekasihnya, ada saja alasan yang membuat Ndien tak bisa menepis kerinduan pada kekasihnya.
        5 bulan menjalin hubungan bukanlah waktu yang singkat, tentu saja sudah banyak hal yang mereka lalui, terlebih dalam hubungan mereka masih ada 1 hal yang belum pernah bahkan belum bisa di perjelas Iyyu' pada pujaannya.
                “Kamu yang sabar sayang yah, aku akan perjelas semuanya bulan 12 nanti.”
        Itulah kalimat yang pernah diucapkan Iyyu' pada kekasihnya sekitar 3 bulan yang lalu, satu harapan yang ia berikan pada Ndien, harapan untuk sebuah masa depan yang akan mereka genggam bersama.
        Satu penantian panjang yang harus dilalui Ndien, rasa ragu dan kebimbangan sering menjadi kabut penutup harapannya agar segera berhenti dalam kebodohan yang mungkin menyakitinya.
                “Kalau bukan karena sayang.. Menanti dan bersabar sangat mustahil aku lakukan saat ini” Gumamnya mendengar penjelasan Iyyu' kala itu.
        Bulan Desember inilah yang menjadi titik terakhir mereka untuk memberi kejelasan atas semua yang sudah mereka lalui selama 5 bulan, hubungan tanpa status namun ada titik harap dan penantian panjang yang mereka lalui bersama.
        Setau Ndien, kekasihnya tersebut masih terikat pada 1 jawaban yang ia nanti dari seorang wanita, wanita yang lebih dulu mengenal Iyyu', yang lebih dulu menjadi kekasih Iyyu', wanita masa lalu Iyyu' “Lilly”
        Iyyu' banyak cerita tentang wanita itu, jawaban yang sangat Iyyu' tunggu untuk memperjelas akhir perpisahan mereka, dan memperjelas arah tujuan hubungannya dengan Ndien.
        Tentu bukanlah hal yang mudah bagi mereka, terlebih saat Iyyu' harus memberi harapan pada sosok gadis yang ia cintai di satu sisi  ia pun terikat kepastian pada kisah masa lalunya.
        Ndien sangat ingat terakhir mereka bertengkar pada bulan Agustus, saat dimana Ndien merasa letih dan merasa penantiannya akan sia-sia
                “Ya sudahlah mungkin kita hanya di pertemukan bukan untuk memiliki satu sama lain” Jelas Ndien singkat.
                “Kamu jangan menyerah dulu, semua pasti indah pada waktunya, aku dan lilly udah nggak mungkin bersama”
        Kala itu, Iyyu' berusaha meyakinkan Ndien, entah apa yang harus ia perbuat tatkala kekasihnnya mulai merasa jenuh, Ndien-pun demikian hanya kebimbangan yang sering mengganggu meskipun ia tau bukan maksud Iyyu' menyakitinya jika semua sia sia.
        Memang bukan hal mudah untuk menggantungkan harapan pada sosok yang tak pasti.
                “Lantas, kapan hubungan ini dan status aku diperjelas?”
        Iyyu' pun tau kekasihnya tengah menangis mempertanyakan hal tersebut, ia hanya mampu meyakinkan Ndien melalui telefon karna jarak yang memisahkan, ia pun bingung harus berbuat apa lagi saat Ndien mulai mundur dan ingin mengakhiri semuanya.
                “Orang tua aku disini hanya mau mendengar Lilly mengucapkan apa yang ia kirimkan melalui pesan teks, itu aja kok dan penantian kamu nggak akan sia sia”
        Penjelasan Iyyu' kali ini mampu menjadi obat penenang Ndien, setidaknya ia sedikit lega dan berusaha yakin untuk melanjutkan penantian dalam hubungan mereka.
        Sejak pertengkaran itu hingga saat ini mereka tak pernah lagi mengungkit masalah yang menjadi krikil dalam hubungan mereka, namun bukan berarti Ndien telah lega sepenuhnya, sebab ia sadar bagaimanapun juga Iyyu' tetaplah masih menunggu jawaban pasti dari Lilly, kisah masa lalunya.
        Sesungguhnya semua pertanyaan dalam benak mereka hanya bisa terjawab di bulan ini, semua penantian dan kesabaran mereka baru akan terbayar pada bulan ini, semua beban mereka akan terpuaskan hanya dengan 1 kepastian dimana mereka pun masih menanti dan berdoa semoga tuhan menyiapkan jawaban yang terindah buat hubungan mereka.
                “Sayang, entar aku telfon ya, aku mau bicara”
        Pesan singkat dari Iyyu' membuyarkan lamunan Ndien, akhir akhir ini gadis itu sering terlihat melamun, ia berharap di bulan ini menjadi akhir dari semua beban yang selama ini mengganggu hubungannya dengan sang kekasih, baru saja ingin membalas SMS Iyyu' pun menelfon.
                “Halo..”
                “Iya, kamu mau bicara apa? Jawabnya bertanya.
                “Tentang hubungan kita, keluarga Lilly dan keluarga aku udah bertemu dan bicara tadi malam sayang”
                “Oh yah? Terus bagaimana? Udah ada penyelesaian?” Tanya Ndien sedikit cemas.
                “Iya, tapi ini bukan keinginan aku, Lilly minta hubungan kami dilanjut, aku harus melepaskan hubungan kita?”
        Ndien terdiam, air matanya jatuh tak kala deras dengan air hujan di luar sana.
        “Ohh tuhan apa ini? Jadikan aku wanita yang tuli saja agar ucapan itu tak ku dengar, butakan mataku tuhan agar tak ku lihat ia dengan wanita itu “ Lirihnya dalam tangis.
                “Ndien? Maafin aku”
        Iyyu' tau kekasihnya menangis, ia tau betapa hancur hati wanita yang telah ia beri harapan sejauh ini, namun ia pun tak kuasa menerima keputusan dari Lilly, entah apapun alasannya, Lilly lah pemenang dalam cinta segitiga ini.
                “Aku nggak apa apa kok, mungkin udah jawabannya Yu', tuhan hanya mempertemukan kita tanpa menyatukan kita.”
        Apapun jawaban Ndien  semua hanya kebohongan ucapan itu seolah ikhlas keluar dari bibir demikian pula air matanya yang terus menetes mengalir hingga ke bibir.
                “Bukan mau aku, aku ingin hubungan kita berlanjut ke jenjang yang lebih serius, tapi aku nggak bisa apa apa”
        Iyyu' berusaha menjelaskan apa yang mungkin bisa membuat hati Ndien tenang, namun semua tak ada gunanya, keadaan ini membuat mimpi mereka hancur, penantiannya sia sia.
        Ndien pun tak mampu menahan gejolak hati yang hancur, hanya airmata yang menjelaskan bahwa saat ini ia pun terluka dalam.
        “Apa ini jawabannya? Ini yang kamu maksud  penantian aku takkan sia sia? Ini yang kamu bilang indah pada waktunya? Ini yang kamu bilang akulah pemenang hati kamu? Ini nggak adil Iyyu', hati aku korban, Aku sakit dan hancur sementara kamu dan dia akan bersanding dengan siraman air mataku?” Lirih hati Ndien menangis, hanya dia dan tuhan yang tau seberapa hancur hatinya saat ini.
                “Ndien, aku sayang kamu tulus, kamu pasti bisa dapat yang lebih baik dari aku, tolong jangan benci aku,pulang kerja kita ketemu ya”
        Entah apa lagi yang harus ia lakukan sebab Ndien pun terus diam, ia tahu siapa Ndien, meskipun terluka gadis itu sering memilih diam dan menutupi semua seolah tak terjadi apa apa.
                “Iya, semoga kamu bisa bahagia sama Lilly, mungkin emang kalian udah jodoh, tuhan hanya menitipkan kamu ke aku di saat Lilly jauh dari sisimu”
        Ndien semakin hancur tatkala harus melepas dan mengikhlaskan pria yang ia cintai, pria yang memberi harapan namun jawaban yang menyakitkan bahkan ia pun tak percaya penantiannya sia-sia.
                “Aku minta maaf, sekali lagi aku Cuma sayang sama kamu meskipun aku akan menikah dengannya, aku harap kamu datang ketika aku undang sebagai tanda cinta kita tak mengenal perpisahan”
        Iyyu' pun tak menyangka hubungan mereka harus hancur karena dirinya, dia yang memberi harapan namun harus karenanya pula semua harapan itu hancur berkeping keping bahkan ia pun menyadari karenanya semua penantian mereka kini tiada arti.
                “Iya Iyyu', aku bakalan datang kok meskipun dengan hadirnya aku justru membuat aku semakin sakit karena janji kamu dulu aku yang akan berdiri di pelaminan jadi mempelai kamu malah sekarang aku di pelaminan hanya datang sebagai tamu undangan kamu.”
        Ucapan terakhir Ndien seraya menutup percakapan, mengakhiri telefon Iyyu', membuat pria tersebut diam seribu bahasa, ia mengaku salah telah membawa Ndien dalam penderitaan hubungan ini.
        Rasa tak percaya masih terus melayang dalam benak mereka, penantian selama 5 bulan berakhir sia sia, mereka harus berpisah karena jawaban yang mereka gantungkan pada masa lalu.
        Ndien  menunggu Iyyu' yang ingin bertemu sore itu, ada rasa canggung menjadi jarak mereka, bagaimana tidak hubungan mereka pun kini kandas, tak ada lagi harapan antara mereka yang tersisa hanya kenangan yang terus di hapuskan oleh airmata.
        Tak banyak kata yang Ndien keluarkan dari bibirnya, hanya air mata yang terus menerus mengalir seolah memberi isyarat pada Iyyu' bahwa ia kecewa dan hatinya terluka.
        Iyyu' pun demikian hanya mampu memandangi dan berusaha menenangkan gadis yang tengah menangis di hadapannya, tak banyak yang dapat ia lakukan sebab ia sadar mereka kini menjadi sepasang insane yang terpisah dan sama sama tersakiti.
                “Aku nggak mau egois, sebagai perempuan aku harus ikhlas kamu dengan dia, tapi sampai kapanpun kamu nggak akan menemukan sosok diriku pada wanita lain”

        Ucap Ndien meninggalkan pria yang pernah menyentuh hidupnya dan kini menyentuh bendungan air matanya yang tak dapat menghentikan tangisannya.

2 komentar: