Senin, 09 Maret 2015

SEUNTAI PENYESALAN



Segelas kopi hitam menemani malam sunyi Farel, dalam keheningan pikirannya terus beradu, tak habis fikir ia pada kekasihnya yang akhir-akhir ini memberi perubahan melalui sikap yang sering di torehkannya pada kisah cinta mereka yang sudah setahun lebih mereka lalui bersama.
Sebut saja Fanny, mahasiswi dari sebuah universitas swasta. Fanny adalah sosok wanita yang telah berjanji setia pada farel sekitar 14 bulan yang lalu, namun 3 bulan belakangan semua janji itu seakan pudar.
Farel merasakan perubahan pada kekasihnya, namun ia lebih menghindari pertengkaran dan menyebabkannya untuk terus diam membisu meskipun seringkali rasa sesak di dadanya ingin bertanya Apa yang terjadi dalam hubungan mereka ? Apa ia bersalah ?
          Sayang, lagi dimana? Sibuk yah? Kok nggak pernah kasih kabar?Farel mengirimkan pesan singkat pada kekasihnya.
          Gue sibuk ganggu aja sih lo?
Jawaban yang tak pernah di duga Farel sebelumnya, Fanny bisa sekasar itu membalas sapaan lembut dari pria yang sering memujanya selama ini. Entah apa yang terjadi pada kekasihnya, farel tetap bungkam dan berusaha untuk mengalah berharap Fanny menyadari sikapnya telah melukai pria yang selama ini mencintainya.
          Ya udah maaf aku ganggu kamu, tapi bisa nggak temui aku di tempat biasa besok malam jam 7 Balasnya setengah memohon.
          Iya bisa. Jawab Fanny singkat.
Pagi yang di tunggu tunggu Farel rasanya ingin ia membuat waktu berjalan cepat dan segera malam, sebab malam ini ia telah menyiapkan suatu kejutan untuk wanita yang ia cintai selama 14 bulan ini.
Namun ada sedikit rasa cemas di relung hatinya, pagi ini ia tak menemukan sosok Fanny meskipun hanya sekilas untuk melihat kekasihnya. Langkahnya menyusuri tiap tiap sudut kampus namun hasilnya nihil.
          Kamu lihat Fanny nggak? Tanyanya pada teman kelas Fanny.
          Fanny? Ada di kantin belakang. Matanya sembab, pipinya merah
Sembab? Fanny habis nangis? Ada apa? Pipinya merah? Apa mungkin mamanya yang tlah menamparnya? Gumam Farel dalam hati.
          Dengar dari percakapannya sama temannya sih, Fanny habis di pukul sama Rhyan anak seniLanjut temannya menjelaskan.
Tanpa melewatkan sedetikpun Farel menghampiri Fanny dan menanyakan kebenaran hal tersebut. Fanny diam sikapnya dingin.
          Lo nggak usah ikut campur Jawabnya singkat seraya memalingkan pandangannya, berharap Farel melupakan masalah ini.
Farel tak mampu menerima keadaan ini, melihat kekasihnya disakiti dan mengeluarkan air mata membuatnya tak mampu membendung amarahnya. Jelas saja, di matanya Fanny merupakan tissue putih bersih yang lembut dan selalu dijaganya, dan dengan sengajanya orang lain membuat tissue itu kusut dan rusak.
Fanny berusaha menahan Farel agar tak menghampiri Rhyan, sikapnya mencurigakan namun berusaha ia menyembunyikan sesuatu yang tak ingin Farel ketahui.
          Apa apaan lo? Suara lantang terdengar dari Rhyan tatkala sebuah pukulan ia terima dari Farel.
          Gue nggak terima lo nampar Fanny !
          Urusan lo apa? Suka suka gue, Fanny cewek gue! terserah gue”
Jawaban Rhyan membuatnya tercengang, ia mundur pelan, menatap kearah kekasihnya, hatinya hancur bagaikan godam memukulnya, rasa tak percaya membuatnya diam, Fanny membuang tatapannya keluar kelas airmata penyesalan menetes hingga kebibir.
Farel meninggalkan keheningan dalam kelas itu, meninggalkan kekasihnya dengan pria itu, pria yang memeluk kekasihnya di belakang matanya. Sementara Fanny memutuskan hubungan dengan Rhyan namun tetap ia biarkan Farel tanpa memberi penjelasan sedikitpun.
          Sayang, kamu dimana?  Aku udah menunggu kamu di tempat biasa ya. Farel mengirim pesan singkat pada Fanny, gadis yang baru saja menghianatinya.
          Lo nggak sabaran amat sih, tunggu aja kali.
Sekitar 10 menit Farel menunggu di sebuah Caffe klasik di pinggir jalan, Fanny pun tiba dengan blouse sederhana namun nampak anggun ia kenakan di padu dengan wajahnya yang chubby dan putih dan sedikit polesan merah dibibirnya yang mungil, mungkin inilah yang mampu membuat Farel bertahan dengannya meskipun tak jarang ia mendapat perlakuan kasar kekasihnya.
          Ngapain lo ngajak gue kesini? Mau bahas yang tadi siang? Udah basiTanya gadis itu sewot.
          Nggak sayang, masalah itu kita lupain aja ya kita focus ke hubungan kita kedepan, aku mau ngasih iniFarel mengeluarkan sesuatu dari saku jacketnya.
Fanny mengambil benda tersebut namun tak sedikit pun ada rasa bersalah akan semua yang di lakukannya akhir akhir ini, yang seharusnya membuat Farel protes namun pria itu lebih memilih diam karna rasa sayangnya pada kekasihnya.
          Apa ini? Kotak music aja? Ini sih gue juga bisa beli ! Lo ngasih kalung berlian gitu atau cincin permata, ini sih sampah !
Fanny mengambil kotak music tersebut dengan iringan makian yang tak sepatutnya ia keluarkan, ia melepar kotak itu dan terhampar kejalan raya. Tanpa ia duga pun Farel nekad berlari ke jalan.
Baru saja ia menyebrang dan mendapatkan kotak music itu, tuhan berkehendak lain, mobil melaju kencang dan menabrak Farel tepat di hadapan kekasihnya, mobil tak berhenti dan melarikan diri. Sementara Farel terkulai lemas.
Fanny menyesal, tetes demi tetes air matanya jatuh, namun semua penyesalannya percuma, ia memeluk Farel yang bercucuran darah, dengan sisa tenaganya Farel memberi kotak music itu ke tangan Fanny kekasihnya.
          Terimalah ini, aku sayang kamu tulus. Terima kasih udah menemani hidupku selama 14 bulan ini.
Hembusan nafas terakhir Farel ia hembuskan dalam dekapan wanita yang ia cintai, wanita yang pernah menghianatinya, wanita yang selalu membalas kelembutan cintanya dengan sikap kasarnya Dalam dekapan kekasih terakhirnya.

Fanny mengambil kotak music tersebut dan membukannya sebuah cincin permata berputar mengelilingi sudut demi sudut dengan alunan lembut dan kata-kata Are You Still Marry Me

Tidak ada komentar:

Posting Komentar