Kamis, 12 Maret 2015

PENGANTIN ALLAH




    Sore itu nampak ramai kendaraan berlalu lalang, nampak seorang gadis di seberang jalan yang ingin menyebrang, dengan gamis biru muda yang dipadukan hijab biru pun ia nampak terlihat mempesona dan anggun.
        Sebut saja Qhalisah, gadis berumur 22 tahun, sore ini ia akan mengurus gaun pengantinnya, yah Qhalisah akan menikah dengan seorang pria pilihan orang tuanya minggu depan, segala sesuatu telah dirancang dan dipersiapkan se-istimewa mungkin sebab Qhalisah merupakan putri tunggal.
                “Assalamu alaikum mba’ ?” sapa Qhalisah memasuki butik pengantin tersebut.
                “Wa’alaikum salam Qhalisah, coba lihat gaun mu akan sangat cantik saat kau kenakan senin nanti” Jawab desainer itu seraya merangkul gadis lugu itu.
        Qhalisah hanya menguraikan senyum kecil dari wajahnya, seakan bahagia dengan pernikahan tersebut meski hatinya berkata tidak ia berusaha ikhlas demi baktinya untuk sang ayah dan bunda. Ia tak pernah mampu menolak keinginan kedua orang tuanya.
        Hari yang dinanti kedua keluarga telah tiba pada harinya, hari dimana Qhalisah akan halal menjadi seorang istri, dan berkewajiban penuh menjadi makmum yang sholehah.
                “Qhalisah, sebentar lagi kamu akan resmi menjadi istri orang, hormati suami mu untuk menjaga nama baik ayah dan bunda yah !” Nasehat sang bunda sembari membawakan penutup hijab putrinya.
                “Insya allah bunda, Qhalisah sepenuhnya ikhlas agar pernikahan ini di ridhai allah dan rumah tangga kami selalu di sertai wangian syurga.” Jawab Qhalisah menitikan airmatanya memeluk sang bunda.
        Detik detik berlalu Qhalisah telah resmi menjadi seorang istri yang tsah, para tamu undangan nampak heran dan terkagum-kagum melihat sang mempelai wanita yang mengeluarkan aura bercahaya tak seperti pengantin biasanya, Qhalisah nampak lebih anggun berseri dan bercahaya.
        Hingga malam resepsi tak ada yang berubah dari wajah sang mempelai wanita, ia tetap terlihat berseri-seri, senyumnya yang indah seakan memperlihatkan betapa sempurnanya ia malam ini. Qhalisah memang terkenal sebagai gadis yang cantik nan sholehah, semua orang di sekitarnya pun tau akan hal itu, dan tidaklah heran jika resepsinya malam ini sengaja di buat sesempurna mungkin tanpa memikirkan biaya lagi.
                “Bunda, Qhalisah mau kekamar sebentar mau shalat isya dulu.”
                “Nanti saja nak, banyak tamu undangan, masa kamu mau meninggalkan suami mu sendiri !” Sergah bundanya.
                “Kenapa bunda? Hanya 5 menit bukan waktu yang lama, apa bunda takut make up aku luntur karena ber-wudhu? Sesungguhnya biarlah aku tak terlihat cantik di hadapan manusia namun nampak cantik dihadapan allah.”
        Sang bunda mengizinkannya pergi meninggalkan resepsi. Qhalisah tak pernah mau meninggalkan shalat 5 waktu dalam keadaan apapun selagi ia masih sanggup melakukannya.
        Dengan gaun pengantin yang ia kenakan, ia melaksanakan shalat isya, namun allah berkehendak lain di sujud terakhirnya allah menjemput sang pengantin, allah mengambil nyawa hamba yang ia cintai ini. Dengan gaun pengantin putih dalam keadaan sujud sang pengantin dijemput kembali ke rahmatullah allah.
                “Lohh nona Qhalishah, bukannya saya sudah bilang biar saya yang ambilkan bunganya.”
        Tegur sang pembantu sembari meraih bunga pengantin di meja rias, di tolehnya kembali Qhalishah tak kunjung bangkit dari sujudnya, dengan hati-hati ia mendekati sang pembantu.
                “Nyonyaaa… Nyonya !!” Teriaknya penuh kecemasan.
        Suasana kamar menjadi dingin dan hening tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka yang berdatangan di kamar pengantin.
                “Lalu.. Siapa yang menjadi pengantin ku di pelaminan tadi bu?” Tanya mempelai pria.
        Tak ada jawaban, semua melempar pandangan penuh pertanyaan siapa pengantin wanita di sana, sedangkan di kamar pengantin Qhalisah meninggal pada saat masih dalam keadaan sujud, Dan baru diketahui sementara resepsi masih berlangsung.
        Sang bunda diam membisu, mengingat kalimat Qhalishah, sangat jelas di ingatannya saat sang putri berpamitan untuk shalat isya, apa mungkin itu pamitannya untuk pergi slamanya juga? Allahu alam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar