Serasa masih mimpi, dan terus saja kata-kata itu menyelimuti fikiran dan hatinya, Adit masih tak menyangka kisah cinta yang 2 tahun ia jaga harus kandas di depan pelaminan kekasihnya bersama pria lain, entah apa lagi yang harus ia lakukan untuk tetap bertahan?
“Bukan kemauan aku kak? Ibu dan bapak sudah
menerima lamaran pria itu, aku saja belum pernah bertemu dengannya” jelas
kekasihnya kala itu.
Adit mungkin percaya jika itu kehendak orang tua Putri
kekasihnya, namun ia masih tak percaya karena Putri tak berusaha mempertahankan
hubungan mereka. “Apa maksudmu telah begini Put” Desis batinnya penuh rasa
sesak.
Bulan depan pernikahan kekasihnya, Putri terus saja
mengirim pesan singkat ingin bertemu Adit, namun ia sadar bahwa semua hanya
akan menyakitinya dan membuat ia semakin berat melupakan Putri.
“Put, smoga kamu bahagia yah, maaf aku tak bisa
menemui mu” balas Adit.
Kegundahan meliputi hati mempelai wanita, antara bahagia
dan sedih menyatu dalam kalbu, esok pernikahannya berlangsung namun tetap saja
hati dan fikirannya tertuju pada 1 nama mengarah pada 1 pria yah siapa lagi
kalau bukan Adit.
“Apa mungkin kisah ku dan Adit sudah tamat sampai disini?”
Pertanyaan itu timbul begitu saja seiring jalannya jarum jam yang menunjukkan
pukul 02.45 wita. Tatapannya kosong, pandangannya terhempas pada handphone-nya,
berharap ada telfon atau sms dari Adit yang masuk.
“Pagi ini
pasti Putri cantik skali mengenakan baju pengantin” gumam Adit memandangi
sebuah foto.
Sejak kemarin Adit memutuskan pindah kos dan mencari
pekerjaan baru, agar ia bisa melupakan Putri dan kenangan-kenangan mereka.
“Kamu bisa mulai kerja disini besok”
Senyumnya terurai bahagia, dan berpamitan untuk keluar dari
ruangan tersebut. Ia sudah mantap untuk memulai hidup baru dan melupakan sosok
wanita itu meski mungkin berat setidaknya ia berusaha agar rumah tangga Putri
harmonis.
“Huuuhhh kerja keras ternyata” Gumamnya saat hari pertama
masuk di tempat kerja barunya, memang tak gampang harus beradaptasi yang
tadinya dapat kerjaan santai dan
sekarang benar-benar mengeluarkan tenaga sampai titik penghabisan.
Adit mulai terbiasa tanpa gadis itu, namun entah dengan
Putri? Iapun sudah tak mau peduli, bukan karna marah atau dendam tapi dengan
beginilah cara ia melupakan Putri.
“Heh melamun saja, pamali melamun pagi-pagi Dit’!”
tegur teman kerja Adit mengagetkan.
“Ohhh nggak aku hanya mengingat-mengingat sesuatu,
sepertinya aku kelupaan sesuatu dirumah” jawab Adit mengelak.
Ia berusaha konsentrasi terhadap pekerjaan tanpa memikirkan
hal lain meski demikian tetap saja ia tak bisa berbohong kalau soal hati,
dimana hatinya yang belum bisa terbuka untuk wanita lain, fikirannya yang terus
berkecamuk memikirkan masa lalunya yang berakhir tanpa keinginannya, komitmen 2
tahun yang selesai begitu saja.
Fachry teman kerja Adit yang kebetulan saja sering
bersamanya, seolah mengetahui isi fikirannya, Fachry sering mengajak Adit untuk
cerita namun Adit sendiri segan dan tetap terlarut dalam kelabunya masa lalu.
Hari-hari Putri tak seindah yang ia bayangkan, tak seperti
perkiraannya, suaminya sering pergi ketika ia masih terlelap dan pulang pun
ketika ia sudah terlelap dalam tidurnya, tak pernah ia rasakan perhatian dari
sang suami, tak jarang ia membandingkan ketika ia masih menjalin hubungan
bersama Adit.
“Adit apa kabarnya yah?” hati kecil Putri terus bertanya.
Sering skali ia berdoa untuk di pertemukan kembali dengan Adit, tak perduli
dosa seorang istri gumamnya.
“Dit, kalau kamu tak enak badan sebaiknya balik saja?”
tegur teman kerjanya.
“Nggak apa kok, aku hanya sedikit kelelahan”
Adit menjawab dan berlalu meninggalkan dapur kantor, “kalau
boleh jujur, aku merindukan masa lalu ku? Apa berdosa merindukan istri orang?”
hatinya pilu.
Entah di sengaja atau tidak? Namun takdir tuhan siapa yang
tahu? Tanpa ia duga sebelumnya, Tuhan mempertemukan mereka kembali melalui
social network, ada rasa bahagia dalam benak Adit namun tetap saja ia sadar
siapa Putri sekarang? “Istri orang Dit!” fikirannya tersentak.
“Pernikahan ku baik namun tak bahagia”
Penjelasan Putri seakan membuka pintu untuknya, Adit tetap
berusaha mengontrol diri untuk menanggapi curahan hati Putri. Mereka memutuskan
untuk bertemu dan lebih banyak cerita meski itu hanya alasan untuk melepas
kerinduan yang terhalang oleh ikatan tsah pernikahan Putri dengan pria lain.
“Kamu apa kabar Dit? Sekarang tinggal dimana?”tanya
Putri membuka percakapan.
“Aku baik Put’ nggak jauh dari tempat tinggalku
yang lama, coba kamu ceritakan, kenapa dengan rumah tangga mu?”
Putri memeluk Adit erat, seolah ada yang membebaninya selama
ini, yah apalagi? Tentu saja cinta mereka yang kandas itu, Adit membalas
pelukan hangat itu, tak perduli lagi dosa atau tidak? Salah atau benar? Intinya
mereka saling melepas kerinduan.
Belaian mesra Adit membuat Putri tenang, tatapannya membuat
Putri merasa teduh, pandangan mereka saling memutar kasih, ada cinta yang
terpancar kembali, cinta yang sempat padam.
“Dit, mungkin aku egois, aku sudah punya suami,
tapi sungguh cinta kita masih menyelimuti hatiku hingga saat ini?”
Ia tahu Putri tidak sedang berbohong, kebimbangan
membawanya menuju keheningan, tak tahu ia harus menjawab apa sebab iapun masih
sepenuhnya mencintai Putri.
“Aku janji hubungan kita nggak akan berakhir,
cinta kamu telah aku miliki, tak perduli meskipun ragamu tak utuh untuk ku Put”
Senyum itu membuat hati Putri damai, janji Adit membuat
semangatnya kembali berkobar, meski ia tahu perselingkuhan ini kesalahan namun
ia juga tahu kesalahan ini bukti dari perjuangan mereka.

terlalu banyak warnanya, :P ada line?
BalasHapusTidak ada.
BalasHapus